Analisis Cerpen #3: Menanti Kematian Karya Jujur Prananto

 Analisis Cerpen Menanti Kematian Karya  Jujur Prananto

Sumber : Pinterest 

 

Tema dalam cerpen Menanti Kematian karya Jujur Prananto adalah bagaimana kehidupan dan kematian yang menjadi rahasia sang pencipta. Cerpen ini mengisahkan seorang Anak yang mati matian merawat bapaknya yang sedang sakit parah. Namun akhir cerita novel ini tidak terduga.

Tokoh dalam cerpen Menanti Kematian adalah Budiman, Pak Suharso, Sarkawi, Istri Budiman, Teman Budiman. Tokoh utama dalam cerpen Menanti Kematian adalah Budiman. Budiman diceritakan sebagai seorang anak yang merawat bapaknya yang sakit parah. Dalam cerpen ini diceritakan bahwa Budiman memilki sifat pekerja keras, berbakti pada orang tua. Sifat pekerja keras dibuktikan dengan kalimat ”Maaf, Pak. Tidak lama lagi saya mau ke luar negeri. Saya harus kerja”. Sifat berbakti kepada orang tua dibuktikan dengan kalimat “Karena hanya dia sendiri yang bisa merawat bapaknya selama tiga tahun terakhir ini”. Tokoh yang kedua adalah Sarkawi. Sarkawi dalam cerpen ini adalah seorang penagih hutang. Sarkawi memilki sifat kurang kepedulian, realistis. Sifat kurang kepedulian dibuktikan dengan kalimat ”Urusan bapakmu bukan urusanku. Urusanku cuma nagih utang. Pokoknya dua bulan dari sekarang aku mau mulai menagih ke istri kamu.” . Sifat realistis dibuktikan dengan kalimat “Umpama bapakmu meninggal apa rumah-sakit terus mau ngasih diskon? Enggak juga, kan? Paling-paling kita dikasih omongan pelipur-lara: kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi ternyata yang di atas berkehendak lain…”. Tokoh selanjutnya adalah Pak Suharso. Pak Suharso diceritakan sebagai Ayah dari Budiman. Dalam cerpen ini tidak digambarkan sifat dan watak pak Suharso hanya digambarkan kalau pak Suharso sakit parah. Selanjutnya adalah Istri dari Budiman. Didalam cerpen ini tidak digambarkan secara spesifik  seperti nama dan sebagainya. Namun digambarkan bahwa istri Budiman meninggalkan Budiman pulang kerumah orang tuanya dikarenaka tidak sanggup menghadapi penagih hutang yang datang kerumahnya. Kalimat yang membuktikannya yaitu “Istrinya tak tahan diteror para preman penagih utang, lalu memilih pulang kampung bersama anak- anak dan melupakan begitu saja mertuanya yang tak berdaya”. Tokoh selanjutnya adalah teman budiman. Tidak dijelaskan secara spesifik siapa namanya yang jelas teman budiman ini bekerja di agen tenaga kerja. Temannya terebut memberikan informasi bahwa lamaran budiman diterima dan siap untuk bekerja diluar negeri sana.

Latar waktu dalam cerpen menanti kematian adalah malam. Latar malam dibuktikan dengan kalimat “Menjelang tengah malam Budiman pulang kerja, menjumpai bapaknya terkapar di lantai kamar mandi dengan sebagian kaki tersandar di dudukan kloset”. Latar tempat pada cerpen ini adalah rumah sakit, kamar perawatan dan rumah . Latar Rumah sakit dibuktikan dengan kalimat “Budiman meninggalkan ruang administrasi rumah-sakit..” Latar Kamar perawatan dibuktikan dengan kalimat ” Budiman lalu kembali ke kamar perawatan…”. Latar tempat Rumah dibuktikan dengan kalimat  “Segera setelah sampai rumah, ayah Budiman kembali tak sadarkan. Latar suasana dalam cerpen menanti kematian adalah menyedihkan.

Alur dalam cerpen menanti kematian adalah campuran. Cerpen ini menceritakan tentang seorang anak bernama Budiman yang mendapatkan kabar dari temannya yang bekerja di agen tenaga kerja bahwa lamaran kerjanya diterima dan siap untuk bekerja di luar negeri. Namun Budiman bingung bagaimana memikirkan nasib bapaknya yang sedang sakit parah. Budiman adalah anak ketiga dari empat bersaudara namun hanya dirinya yang bisa merawat bapaknya. Hal itu dikarenakan . Ketiga saudara kandungnya bertempat tinggal jauh dari Jakarta. Kakak sulung bekerja diperkebunan kelapa sawit di Malaysia, yang hanya bisa sekali setahun pulang ke Indonesia. Kakakvnomor dua bekerja di kapal pesiar yang menjalani rute Amerika-Eropa, tak pernah berkesempatan pulang kampung sampai kelak masa kontraknya habis. Dan adik perempuannya kawin dengan orang Filipina setelah dua tahun bekerja di sebuah restoran di Manila dan kemudian tinggal di sana.Sedangkan saudara-saudara sepupu yang tinggal di Jakarta hanya kadang saja berkunjung padawaktu lebaran.

Dalam masa lalunya dikisahkan bahwa Budiman adalah seorang pegawai di

perusahaan ekpedisi namun ketika ia melakukan pinjaman uang senilai seratus juta yang dia gunakan untuk uang muka pembelian rumah perusahaan tersebut bangkrut. Mantan bosnya menyuruhnya untuk cepat melunasi hutang hutangnya. Istrinya kemudian meninggalkannya beserta anak anaknya dikarenakan tidak kuat menghadapi para penagih hutang. Kemudian budiman hanya tinggal berdua dengan bapaknya yang sudah sakit sakitan. Kemudian sepulang kerja Budiman menjumpai bapaknya terkapar di lantai kamar mandi dengan sebagian kaki tersandar di dudukan kloset. Banyak yang menduga ayah Budiman terpeleset saat hendak berdiri seusai buang air besar. Dokter menyatakan ayah Budiman mengalami stroke. Budiman menghampiri petugaskeuangan rumah sakit dan pihak keuangan meminta budiman untuk harus tersedia dana enam setengah juta lebih. Setalh itu munculnya penagih hutang bernama sarkawi. Sarkawi mendengar kabar bahwa Budiman sudah dapat pekerjaan layak namun budiman menjawab ia tidak bisa meningalkan bapaknya sendirian. Sarkawi tidak memedulikannya yang jelas urusannya hanya menagih utangnya budiman saja.

Kemudian budiman memasuki kamar rawat dan berbincang dengan bapaknya. Bapaknya menginginkan untuk pulang kerumah. Sarkawi tiba tiba muncul dan menyuruh budiman menuruti kemauan bapaknya itu.  Budiman sempat beradu mulut dengan Sarkawi namun nyatanya Budiman mengikuti saran Sarkawi: membiarkan bapaknya tinggal di rumah. Rombongan anggota pengajian berdatangan ke rumah Budiman. Siang malam mereka berdoa,memohon agar ayah Budiman diringankan penderitaannya dan segera dipilihkan jalan terbaik untuknya. Waktu terus menerus berjalan tibalah lusa Budiman harus berangkat keluar negeri.  Kemudian Ambulance datang ke rumah Budiman saat pukul 23.00. Temannya menelepon budiman namun tidak terangkat dan mengirim pesan ”Budiman! Kok enggak diangkat? Sudah tidur? Besok pagi kita ketemu di bandara, ya. Jangan sampai telat”. Namun ternyata pada malam itu ambulance datang dan menyatakan seseorang telah meninggal dunia. Bukan Ayah Budiman melainkan Budiman yang telah meninggal dunia pada malam hari itu. Cerpen ini di akhirinya dengan meninggal dunianya tokoh Budiman dan Ayah Budiman yang sedang menanti kematian.

Amanat dalam cerpen ini adalah Mengajarkan kita untuk senantiasa berbakiti kepada orang tua kita karena merakalah kita ada di dunia ini. Cerpen ini juga mengajarkan kita  bahwa kematian itu merupakan rahasia sang pencipta yang  tidak mengenal usia sehingga mari kita senantiasa beribadah dan berbuat amal sholeh selagi ada waktu  untuk bekal kehidupan kekal kita diakhirat kelak. Cerpen ini juga mengajarkan bahwa kita bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya targantung sampai mana kita mampu bertahan menghadapi masalah itu.

Komentar: Dalam cerpen Menanti Kematian karya Jujur Prananto isi ceritanya sangat menarik dan menyandarkan kita bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara masih ada kehidupan kekal kita nanti yaitu di akhirat. Tokoh Budiman dalam cerpen ini memberikan banyak pengajaran yang bisa diterapkan dikehidupan sehari hari seperti harus selalu menghormati orang tua karena orang tualah kita lahir didunia ini. Tidak cukup hanya menghormati saja kita juga harus berbakti dengan cara mengurusnya saat dia sakit dan sebagainya. Sifat yang ditunjukkan oleh budiman dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari hari kita.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi #2 : Sajadah Panjang Karya Taufiq Ismail

Menulis Teks Eksposisi: Penetapan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Resmi

Analisis Puisi #1: Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono